Seseorang bertanya kepada gue pagi hari ini.
"Apa hal yang paling kamu takuti di dunia ini? Apa hal yang bikin kamu sedih?"
Sejenak gue berpikir; selama ini gue selalu convince myself kalo ga ada di dunia ini yang harus ditakuti karena selayaknyalah kita berserah diri kepada yang memberi kehidupan serta yakin dan percaya akan rencana-Nya yang indah. Namun sisi manusiaku yang lemah muncul. Apa yang gue takutkan dan yang dapat membuat gue sedih?
Terucaplah jawaban sederhana dari gue, "Gue paling takut dan sedih kalo liat Nyokap nangis."
Suasana hening...
Mungkin jawaban gue tersebut punya makna yang sama baginya. Entahlah...
Gue balik bertanya...
"Kalo kamu gimana?"
Tarikan nafasnya menandakan bahwa pertanyaan yang ditujukannya ke gue sebelumnya bukan sebuah pertanyaan biasa.
"Gue paling takut kehilangan seseorang yang gue cintai dan sayangi.", demikian jawabnya.
Entah apa yang mucul di pikiran pada saat itu. Gue langsung bereaksi layaknya menyatakan protes namun tetap dalam wujud gue sebagai manusia yang lemah yang tidak ada artinya tanpa Kasih dari Sang Khalik.
My reply,
"Yeah, I see. Gue rasa juga demikian. Tapi mengapa gue ga bisa berkata hal tersebut sebagai hal yang paling gue takuti dan membuat gue sedih adalah karena BAHKAN untuk berpikiran ke arah itu, gue ga mampu."
Gue ga mampu dan terlalu takut dan akan terlalu sedih jika harus mengucapkan kata-kata yang sama seperti yang diucapkannya sebelumnya. Gue ga bisa berpikiran demikian. Gue terlalu sibuk meyakinkan diri gue semua akan baik-baik saja. Benar yakin? Sudah berhasilkah gue meyakinkan diri gue? Coba lihat kembali, gue berkata kalau gue sendiri tidak mampu untuk berpikiran ke arah itu. Jadi, apakah gue sudah yakin atau belum? It's too deep inside my heart. Setiap orang punya cara masing-masing dalam menanggapi hal-hal yang berhubungan dengan rasa keyakinan.
Satu hal yang pasti, "Hanya dengan memikirkan hal-hal yang baik sajalah gue dapat bertahan hidup dengan semua permasalahan kehidupan dunia ini." Kita pasti pernah mendengar orang menyalahkan Tuhan atas apa yang dialaminya dalam kehidupannya. Itulah dasar segalanya. Source of everything which is good, actually is GOOD, mengapa terkadang terlontar kata-kata menyalahkan Dia?
Jadi, kembali ke awal. God is good. I think all of us agree with that. Dia baik dalam setiap perkara sampai selama-lamanya; meskipun kita penuh dengan dosa dan kesalahan. Cuma itu aja yang bisa membuat gue semangat dalam menjalani hidup; dimana sumber dari segala kebaikan itu meyakinkan gue bahwa hal terbaik dalam hidup gue akan baik-baik saja. Mom, the most precious part of me will be all right. Di saat itulah keyakinan itu bertumbuh. Dan meskipun gue terkadang harus terlalu jauh berdiam dalam bayang-bayang kekuatiran karena alam pikiran manusia yang terbatas, aku kembali kepada satu hal dasar yang tidak dapat berubah, God is good. Suddenly, things are changed.
Pelajaran yang dapat gue petik dari pembicaraan gue sebelumnya adalah bahwa memang kita tidak mampu untuk menjadi baik dengan kemampuan kita sendiri. Kita hanya dapat menerima sesuatu yang baik. Setelah itulah kita dapat mengerti apa yang baik. Namun bahkan dengan kebaikan yang lebih dulu kita terima, kita terlalu sering memberikan yang sebaliknya kepada yang telah memberi kebaikan dalam hidup kita. Menyesal, itu kembali kepada masing-masing individu. Setiap orang punya rancangan hidup berbeda. Tapi dalam proses yang sangat panjang bagi ukuran manusia; berada dalam kesesakan, kekuatiran, dan ketakutan, semua itu hanya dapat diobati dengan kepercayaan dan keyakinan dalam pemikiran positif kita; God is good no matter what.
Namun, melihat Nyokap menangis ataupun bersedih; itu akan tetap menjadi hal yang paling dapat membuat gue bersedih, yes I am scared of that. Semua karena satu hal; dia adalah bagian hidup gue. Kesedihannya adalah kesedihan gue. Kebahagiaannya adalah kebahagiaan gue. Nevertheless ; God is good to us.
~Guntur Situmorang
No comments:
Post a Comment