Wednesday, September 24, 2008

Kejujuran

Gue sedang belajar banyak mengenai kejujuran. Kejujuran terhadap diri sendiri, bagaimana kita menyikapi apa yang ada di pikiran dan hati kita, kapan kita sebaiknya mengutarakannya, apa yang harus kita lakukan untuk menindaklanjuti hal-hal yang ada di pikiran kita dan resiko apa yang akan kita tanggung untuk semua yang kita lakukan.

Suatu hal yang tidak mudah. Orang bilang kejujuran itu menyakitkan. Tapi, tidak ada yang bisa menepis bahwa keadaan akan lebih buruk jika kita menyimpan kepalsuan di dalam diri kita. Sesuatu yang memang orang lain layak ketahui sebaiknya tidak perlu ditutup-tutupi. Well, kalau memang kita yakin bahwa hal tersebut sangat pribadi, yakinlah untuk menyimpan hal tersebut di dalam pikiran kita. Namun, satu hal, resiko dari semua itu jelas ada.

Mengutarakan apa yang ada di dalam pikiran kita adalah hal yang wajar. Memendam semua hal yang ingin kita sampaikan hanya karena kita takut bahwa itu akan berakibat tidak menyenangkan terhadap kita ataupun orang yang bersangkutan adalah konyol. Memang ada waktu yang tepat mengenai kapan kita sebaiknya berbicara, kapan kita sebaiknya diam. Jadi initinya, cepat atau lambat kita harus mengeluarkan apa yang ada di dalam pikiran kita untuk dapat menyampaikan maksud kita kepada orang lain.

Coba kita kembalikan kepada diri kita. Bagaimana rasanya bila kita berhadapan dengan orang yang menyimpan sesuatu di dalam fikirannya. Ada hal yang tersembunyi yang berhubungan dengan kita. Semua itu tentu mempengaruhi bagaimana sikap orang tersebut terhadap kita. Well, yang ada hanyalah rasa curiga jika kita tidak mendapatkan pernyataan dari orang tersebut. Even if we try to ignore it, the bad effect will be on that person. Gue pribadi dalam keadaan seperti ini cenderung untuk bersikap fine. Biarlah dia seperti itu, toh yang rugi kan dia sendiri. So now, if I would care about things like this, I actually care about people around me. Kasihan mereka yang menyimpan perasaannya di dalam hati, entah itu kesal ataupun sebaliknya. Semua itu tidak bisa diutarakan.

Komunikasi, satu hal yang sangat penting dalam hubungan sosial. Kalau kita bisa berkomunikasi dengan orang lain sebagaimana mestinya, niscaya permasalahan akan dapat diselesaikan. Namun yang sering terjadi di sekitar kita adalah, masyarakat kita cenderung menyimpan apa yang ada di pikiran mereka di dalam hati. Katakanlah kasus yang sering terjadi adalah rasa tidak senang terhadap seseorang, atau keputusan seseorang, atau tindakan seseorang. Perasaan tidak enak, tidak tega, tidak yakin, tidak tidak tidak, semua itu menghambat jalannya komunikasi yang sebenarnya ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan. Jelas, siapa yang tidak mau lepas dari masalah. Anehnya, orang-orang lebih memilih untuk melakukan tindakan 'berhenti' atau 'jalan di tempat' sehingga permasalahan yang ada, sesuatu yang mengganjal, sesuatu yang menjadi pertanyaan buat diri mereka, semua itu tidak pernah menemukan titik cerah. Namanya juga jalan di tempat. Tidak ada aksi, tidak ada reaksi, suatu hukum alam.

Komunikasi dengan kejujuran, itu yang sangat diperlukan. Kalau dalam perkataan kita sehari-hari kita sering mengumbar hal-hal yang berbeda dengan apa yang kita rasakan, maka ujung-ujungnya kita hanya akan menghabiskan waktu untuk mengurus dua hal yang berbeda; yang pertama adalah bagaimana kita ingin berbicara dan yang kedua adalah bagaimana kita menyembunyikan perasaan kita. Ada satu kalimat yang gue dapat dari teman gue, "Hidup ini sudah susah, jangan dibuat susah." Jadi, kalau kita sebenarnya bisa menjalani hidup ini dengan lebih mudah, untuk apa kita bermain duplicity?

(bersambung)

2 comments:

  1. Great writing.. Keep the fire! Adek!

    ReplyDelete
  2. tulisannya oks buanget nih, karena sekarang jarang kita temui orang yang jujur.
    trims.......ya.......

    ReplyDelete